Jumat, 29 April 2011

Mikoyan-Gurevich MiG-17 "Fresco"

                          MiG-17 "Fresco" milik Polandia

MiG-17 merupakan hasil pengembangan dari MiG-15 dan merupakan pesawat jet tempur Uni Soviet pertama yang dilengkapi dengan afterburner. Jet tempur ini sebetulnya sudah mulai dirancang pada tahun 1949 ketika MiG-15 belum lama digunakan secara operasional dan berhasil melakukan first flight pada bulan Januari 1950. Walaupun mulai digunakan oleh unit-unit tempur Uni Soviet pada tahun 1952, namun pesawat ini tidak ikut dikirim bertempur dalam Perang Korea.
MiG-17 dibuat sebanyak 6.000 unit dalam berbagai varian, termasuk varian MiG-17P dan MiG-17PF yang merupakan jet tempur Uni Soviet pertama yang dilengkapi dengan radar (radara RP-1 pada MiG-17P dan RP-5 pada MiG-17PF). Selain itu ada pula varian MiG-17PM yang merupakan pesawat tempur Uni Soviet pertama yang dipersenjatai dengan rudal udara ke udara. Varian ini dipersenjatai dengan empat peluru kendali K-5 (AA-1 Alkali). Walaupun demikian, varian yang paling banyak dibuat adalah adalah MiG-17F yang merupakan varian day fighter dengan persenjataan standar yang sama dengan MiG-15 (sepucuk kanon kaliber 37mm dan dua pucuk kanon kaliber 23mm). 



Uni Soviet bukan satu-satunya negara yang membuat MiG-17. Pesawat tempur ini juga dibuat secara lisensi di Polandia sebanyak 1.000 unit dan sekitar 1.800 unit lainnya juga dibuat secara lisensi di Republik Rakyat Cina. MiG-17 buatan Polandia dikenal dengan nama PZL Lim-5/Lim-6 sementara MiG-17 buatan RRC dikenal dengan nama Shenyang J-5. Sekitar 40 negara tercatat sebagai pengguna MiG-17, termasuk versi Lim-5/Lim-6 dan J-5. Indonesia termasuk salah satu pengguna MiG-17 pada tahun 1960-an. MiG-17 AURI ikut dipersiapkan dalam Operasi Trikora tahun 1962 dan juga dipergunakan untuk membentuk team aerobatik jet pertama di Indonesia.

                                 MiG-17 "Fresco" milik AURI

MiG-17 termasuk pesawat tempur yang battle proven dan ikut digunakan dalam sejumlah bersenjata di berbagai negara. Jet tempur ini pertama kali digunakan dalam pertempuran ketika terjadi Krisis Selat Taiwan tahun 1958 di mana MiG-15 dan MiG-17 milik RRC sempat terlibat dog fight dengan F-86 Sabre milik AU Taiwan. Selanjutnya pesawat ini ini juga digunakan oleh AU Nigeria dalam Perang Saudara Nigera tahun 1967-1970. Namun tentu saja konflik bersenjata terbesar yang melibatkan MiG-17 adalah ketika digunakan oleh Angkatan Udara Vietnam Utara di dalam Perang Vietnam tahun 1965-1973.
Selama Perang Vietnam, Angkatan Udara Vietnam Utara banyak mengandalkan MiG-17 dan MiG-21 untuk menghadapi pesawat-pesawat tempur AS. Secara teknis MiG-17 yang masih merupakan pesawat tempur dengan kecepatan sub-sonic memang bukan merupakan lawan bagi pesawat tempur AS seperti F-100 Super Sabre, F-105 Thunderchief, atau bahkan F-4 Phantom II. Namun pilot-pilot Vietnam Utara mengimbanginya dengan mengembangkan taktik pertempuran jarak dekat dengan memanfaatkan kelincahan MiG-17. Pada tahun 1960-an taktik pertempuran udara AS memang lebih menekankan pada penggunaan rudal ke udara sehingga melupakan kemampuan pilot untuk melakukan dog fight. Para pilot tempur AS pun seakan tersentak ketika kemudian dalam Perang Vietnam ternyata pilot-pilot MiG-17 Vietnam Utara dapat menembak jatuh pesawat F-105 Thunderchief dan F-4 Phantom II. Selama Perang Vietnam, MiG-17 Vietnam Utara berhasil menembak jatuh 71 pesawat tempur AS dalam pertempuran udara. 71 pesawat tersebut terdiri dari sebelas F-8 Crusader, 16 pesawat F-105, 32 pesawat F-4, dua A-4 Skyhawk, tujuh A-1 Skyraider, serta masih-masing sebuah pesawat angkut C-47, helikopter CH-3C, dan UAV Firebee. Dari enambelas orang pilot Vietnam Utara yang menjadi ace dalam Perang Vietnam, tiga orang di antaranya adalah pilot MiG-17. Ketiga orang tersebut adalah Nguyen Van Bay yang berhasil menembak jatuh tujuh pesawat musuh, serta Luu Huy Chao dan Le Hai yang sama-sama berhasil menembak jatuh enam pesawat musuh.



Selain digunakan sebagai fighter, AU Vietnam Utara juga memanfaatkan MiG-17 sebagai ground attack aircraft serta fighter-bomber. Salah satu aksi MiG-17 sebagai fighter-bomber yang paling terkenal adalah ketika digunakan untuk menyerang kapal-kapal Angkatan Laut AS pada tanggal 19 April 1972. Dengan bersenjatakan bom-bom ukuran 250 kg, MiG-17 menyerang destroyer USS Higbee dan light cruiser USS Oklahoma City. Walaupun hanya mengakibatkan kerusakan yang tidak terlalu parah, tapi serangan tersebut sangat mengejutkan Angkatan Laut AS dan merupakan serangan pertama terhadap kapal Armada Ketujuh AL AS sejak Perang Dunia II.


Selain Perang Vietnam, konflik besar lainnya yang melibatkan MiG-17 adalah konflik bersenjata antara Israel dengan negara-negara Arab. Jet tempur ini digunakan oleh Angkatan Udara Mesir dan Suriah dalam setiap perang dengan Israel. Mulai dari Krisis Suez tahun 1956, Perang Enam Hari tahun 1967, War of Attrition tahun 1970, dan Perang Yom Kippur tahun 1973. Bahkan sejumlah MiG-17 masih digunakan Angkatan Udara Suriah ketika menghadapai invasi Israel ke Lebanon Selatan di tahun 1982.



Saat ini sebagian besar negara pengguna MiG-17 sudah mempensiunkan pesawat tempur ini. Namun ternyata beberapa negara masih mengoperasikan pesawat tempur ini sebagai bagian dari kekuatan angkatan udara mereka. Beberapa negara yang sampai saat ini masih menggunakan MiG-17 antara lain adalah Burkina Faso, RRC, Mali, Mozambik, Korea Utara, Sudan, dan Tanzania. Selain itu beberapa MiG-17 juga dimiliki secaraa pribadi beberapa pilot di Eropa dan AS.



Specifications (MiG-17F)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 33.1 kN Klimov VK-1F afterburning turbojet engine
Length : 11.26m
Wingspan : 9.63m
Height : 3.80m
Weight empty : 3,930 kg
Maximum take-off weight : 6,075 kg
Maximum speed : 1,145 km/h
Range : 1,080 km with drop tanks
Service ceiling : 16,600m
Armament : 1 x 37mm N-37 cannon, 2 x 23mm NR-23 cannons, and up to 500 kg of bombs or rockets

Source: KASKUS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar