Sabtu, 30 April 2011
General Dynamics F-111 Aardvark
Sampai dengan tahun 1950-an taktik yang banyak diterapkan oleh Angkatan Udara AS untuk menghindari sistem pertahanan udara musuh adalah “fly higher and faster.” Namun hal ini berubah ketika peristiwa tertembaknya pesawat U-2 oleh rudal SA-2 Uni Soviet pada tanggal 1 Mei 1960. Sejak peristiwa tersebut Angkatan Udara AS mulai menerapkan taktik serangan dengan terbang pada ketinggian rendah dan dengan kecepatan tingggi. Meningat F-105 Thunderchief yang pada saat itu banyak dimiliki oleh USAF tidak memadai misi ketinggian rendah dengan kecepatan tinggi, maka Angkatan Udara AS mengadakan program pesawat tempur baru dalam proyek TFX pada bulan Juni 1960.
Dalam program TFX sebetulnya tidak hanya merupakan pengadaan pesawat tempur bagi Angkatan Udara AS saja, tetapi juga pesawat tempur bagi Angkatan Laut AS yang pada saat tersebut membutuhkan long range interceptor yang dapat dioperasikan dari atas kapal induk. Proyek bersama pesawat tempur USAF dan US Navy ini sebetulnya merupakan keinginan dari Robert McNamara yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan AS. Mc Namara menginginkan agar proyek tersebut dilakukan bersama oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS untuk menghemat biaya, namun program TFX ini kemudian malah menjadi salah satu program militer AS yang paling banyak menelan biaya.
Proyek TFX diikuti oleh sejumlah pabrikan pesawat seperti General Dynamics, Boeing, Mc Donnell Douglas, Lockheed, North American, dan Republic. Namun pada akhirnya General Dynamics yang keluar sebagai pemenang melalui rancangan F-111. General Dynamics mengeluarkan dua rancangan F-111, yaitu varian pembom tempur F-111A untuk Angkatan Udara AS dan varian fighter F-111B untuk Angkatan Laut AS. F-111A berhasil melakukan first flight pada tanggal 21 Desember 1964, sementara F-111B pada tanggal 18 Mei 1965. Mengingat General Dynamics tidak memiliki pengalaman membuat pesawat tempur bagi Angkatan Laut AS, maka khusus untuk F-111B General Dynamics bekerja sama dengan Grumman yang memang berpengalaman membuat pesawat tempur bagi Angkatan Laut.
Hasil serangkaian uji coba kemudian menunjukkan bahwa F-111B tidak mampu memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh Angkatan Laut AS. Akibatnya program ini kemudian dibatalkan oleh Angkatan Laut AS setelah dibuat sebanyak tujuh unit pesawat saja. Grumman kemudian mengembangkan jet tempur yang lebih ringan dari F-111B yang pada akhirnya dipilih sebagai long range interceptor Angkatan Laut AS dan diberi nama F-14 Tomcat.
Berlainan dengan dengan Angkatan Laut AS, Angkatan Udara AS cukup puas dengan hasil uji coba F-111 dan F-111 pun kemudian masuk dinas operasional Angkatan Udara AS pada tanggal 18 Juli 1967. F-111 adalah pesawat jet tempur swing wing pertama yang memasuki dinas operasional. General Dynamics sendiri memproduksi F-111 sebanyak 563 dalam berbagai varian, termasuk varian pesawat tempur elektronika EF-111A Raven. Australia menjadi satu-satunya negara pengguna F-111 selain AS, dan menjadi satu-satunya negara yang saat masih mengoperasikan F-111.
F-111 digunakan oleh Angkatan Udara AS dalam Perang Vietnam dan Perang Teluk tahun 1991. Namun tentu salah satu aksi F-111 yang cukup terkenal adalah ketika F-111 digunakan dalam Operation El Dorado Canyon tanggal 15 April 1986. Dalam misi pemboman tersebut Angkatan Udara AS harus kehilangan sebuah F-111F yang berhasil ditembak jatuh di atas Teluk Sidra dan kedua orang awaknya tewas. Varian bomber dan fighter-bomber F-111 milik USAF akhirnya dipensiunkan pada tahun 1996 dan digantikan oleh F-15E Strike Eagle.
Selain varian bomber dan fighter-bomber, F-111 juga dibuat dalam varian perang elektronika EF-111A Raven. Varian perang elektronika ini merupakan hasil modifikasi terhadap F-111A dan dibuat sebanyak 42 unit. Mulai digunakan sejak tahun 1981, EF-111A menjadi andalan pasukan AS dalam sejumlah operasi militer seperti dalam Operation El Dorado Canyon dan Operation Desert Storm. EF-111A dipensiunkan pada tahun 1998 dan sejak saat itu Angkatan Udara AS tidak memiliki lagi pesawat tempur khusus untuk perang elektronika sehingga harus meminta bantuan skadron-skadron Angkatan Laut dan Korps Marinir AS yang mengoperasikan EA-6B Prowler. EA-6B Prowler sendiri mulai tahun 2009 secara bertahap mulai digantikan oleh EA-18G Growler.
Angkatan Udara Australia adalah satu-satunya pengguna F-111 selain Angkatan Udara AS. Australia membeli 24 unit F-111C pada tahun 1968 dan empat unit diantaranya dimodifikasi menjadi pesawat intai RF-111C. F-111 milik Australia mulai dipensiunkan pada tahun 2010 dan akan digantikan oleh F/A-18 E/F Super Hornet.
Specifications (F-111F)
Crew : 2
Powerplant : 2 x 112 kN / 25,100 lb-afterburning thrust Pratt & Whitney TF-30-P-100 turbofan engines
Length : 22.40m
Wingspan : 19.20m (spread); 9.75m (swept)
Height : 5.22m
Weight empty : 21,400 kg
Maximum take-off weight : 45,300 kg
Maximum speed : 2,655 km/h
Range : 2,140 km combat radius
Service ceiling : 20,100m
Armament : 1 x 20mm M61 cannon and up to 14,300 kg of bombs or missiles.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar